Gn. Semeru #3 - Diterjang Badai dan Kabut di Watu Rejeng

19:02:00

Ranu Kumbolo

Dicerita sebelumnya, gue si manusia setengah gendruwo sedang sedih karena merenungi nasib yg masih belum jelas karena masih menunggu kedua temen gue yg parahnya adalah kedua temen gue sama sekali belum pernah ke Ranupani dan mereka kesini hanya bermodalkan GPS doank, iya GPS, bukan alat canggih buat memetakan tempat, tapi GPS itu Gunakan Penduduk Sekitar alias malu bertanya sesat di jamban..

Yang gue lakuin buat nunggu kedua temen gue ialah mencoba menghangatkan diri di dalam mushola sambil berselimutkan bintang, eeh sleeping bag, tak lupa sesekali gue memeriksa keadaan diluar kali aja mereka udah sampek dan tak lupa melihat nasib titit gue yg udah mengerucut kecil kyak anak alay yg abis disunat pake kampak untuk kedua kalinya.. seleeeem..

Tiba-tiba gue teringat satu hal pemirsah, iya pemirsah, gue teringat satu hal, bukan teringat kalo gue ini ganteng atau gue ini cowo yg macho, satu hal yg gue lupa itu ialah di Ranupani kan kalo malam penduduknya udah sepi, trus nasib temen gue yg make GPS gimana dong, mereka mau bertanya ama siapa coba, masa ama kuntilanak, trus di Ranupani kan juga kgak ada sinyal HP.. jediaaaar..

Tapi Alhamdulilah pemirsah, setelah hampir 1,5 jam menunggu sendirian dalam kebimbangan dan tanpa harapan yg tak pasti ibarat kyak janji-janjinya pejabat yg lagi kampanye Pil KB Kadal, kedua temen gue akhirnya datang juga tepat jam 8:30 malam, padahal prediksi sotoy gue udah menduga kalo mereka bakal dateng sekitar jam 9 malam waktu indonesia bagian tenggara..

Ngeliat mereka dateng itu udah ibarat kyak ikan yg terdampar di Afrika Selatan trus dilepaskan lagi dilautan, gue langsung tanya ke mereka gimana caranya mereka bisa nyampe dgn selamet ke Ranupani dan ternyata mereka emank menggunakan GPS loh pemirsah, ternyata eeh ternyata, karena keesokan harinya ada acaranya Avtelek, makanya warga di Ranupani banyak yg menyiapkan perlengkapan untuk para peserta gatheringnya Avtelek, begituuu..

Gue sapa mereka dan langsung menanyakan Suat ijin masuk mereka dan tahukah pemirsah kalo mereka berdua ternyata belum mengurus surat izin di pos Registasi Tumpang, mampus loe. Karena gue ini kreatif dan rada tolol, jadi gue langsung menyuruh mereka packing dan melanjutkan pendakian malam ini juga tanpa surat ijin masuk, kan kalo mau ngurus surat ijin masuk juga baru bisa besok..

Sedikit info nih, wajib dibaca, surat ijin masuk atau biasa disingkat simaksi juga bisa di urus di Resort Ranupani loh, tapi pihak Resort Ranupani hanya melayani permintaan surat ijin dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore dan setelah jam itu maka pihak Resort Ranupani sudah tidak menerima pelanggan lagi.. elo kira dolly..

Tepat jam 9 malam kami mulai melakukan pendakian, gue sih yakin banget kalo kami bisa mengejar temen-temen gue yg udah berangkat duluan karena kami bertiga ini sering banget melakukan pendakian, kami bertiga ini juga terkenal akan kecepatan dalam mendaki gunung dan terbukti, satu persatu kelompok pendaki yg berangkat duluan bisa kami balap satu persatu, keceh kan..

Tapi gue juga heran, entah kaminya yg jalannya emank cepet apa pendaki lainnya yg gue balap memang jalannya lambat kyak kura-kura lagi hibernasi, ujuk-ujuk kami bertiga udah nyampe dengan indahnya di pos pertama dan ternyata dipos pertama kami menemukan sebuah kelompok asal Bandung yg lagi beristirahat dgn damai, seperti biasa lah, kami curhat-curhatan gitu sambil berbagi makanan, itulah salah satu keistimewaan mendaki.. :D
Keadaan sekitar pos pertama [foto diambil di lain waktu]

Kami kgak lama kok dipos pertama karena ngapain juga coba lama-lama di pos pertama, kalo ada kartu reminya sih kgak apa-apa, jadi bisa main judi di pos pertama, ditambah kami kan emank berniat sekali ingin menemukan temen kami yg berangkat duluan karena dalam hati kecil gue yg paling dalam, kami semua yakin bisa membalap mereka dan paling-paling sekarang mereka lagi berada disekitaran Watu Rejeng..

Bener aja sih prediksi kami, saking cepetnya kami berjalan ibarat kyak perampok kutang yg abis dikejar orang ronda karena ketauan nyolong, tanpa terasa sudah 8 kelompok yg berhasil kami lewati dengan sukses hingga di depan mata gue pos kedua sudah terlihat berdiri kokoh dgn indahnya seakan menantang untuk dijamah dan digrepek-grepek sama bokong saia..

Di pos kedua kami menemukan sekumpulan pendaki dari Jakarta yg kalo gue itung-itung dgn mata batin gue, mereka terdiri dari 12 cowo dan 5 cewe, karena hari sudah malam dan gelap gulita jadi gue kgak seberapa jelas ngeliat wajah kelima cewe-cewe tersebut, padahal gue udah berniat main mata sambil sesekali melemparkan senyum keceh gue kepada mereka, kali aja setelah liat senyum menawan gue mereka semua langsung pada muntah, loooh..

Kami juga kgak lama kok berada di pos kedua karena kalo kelamaan berdiam diri malah menggigil kedinginan, lagian gue juga kecian ama titit gue, jadi gue berpamitan ama mereka dan langsung capcus deh. Nah pemirsah, jarak dari pos kedua menuju pos ketiga ini terkenal mempunai track yg sangat panjang dan cukup jauh loh, karena kita akan memutari sebuah gunung batu yg bernama Watu Rejeng.
watu rejeng yg angker
ini Watu Mejeng eeh Rejeng

Sekilas Info, untuk menuju ke Shelter Ranu Kumbolo, maka kita bisa melalui dua jalur yaitu jalur resmi dimana kita akan memutari gunung batu bernama Watu Rejeng dan jalur resmi ini memakan waktu yg cukup lama loh, makanya biasanya kalo pengen cepet tiba di Ranu Kumbolo banyak pendaki yg lebih memilih untuk melewati jalur Ayek-ayek yg memakan waktu cukup singkat karena tidak memutari Watu Rejeng, inget loh ya, Watu Rejeng bukan Watu Mejeng, kalo mau mejeng di moll aja kaleee...

Kami berjalan dgn semangat sekali bahkan sambil sesekali kami berlari karena ingin sekali bisa menemukan temen-temen gue, walaupun kami tahu tanpa tempe kalo jarak dari pos dua ke pos tiga itu terkenal paling jauh dan sangat panjang tracknya, juga terkenal sangat rapat vegetasinya, ini mungkin akibat daerah ini sering minum jamu rapet wangi pake telor dan madu kali yah..

Langkah kami terhenti juga pemirsah, bukan karena kami ngeliat ada permen lolly pop warna putih lagi lompat-lompat, juga bukan karena kelelahan karena tubuh kami bertiga lagi fit-fitnya kala itu, tapi jalan kami terhenti karena tiba-tiba hujan mengguyur dengan deresnya, bukan hanya hujan, kabut juga dgn sotonya ikut-ikutan menyerang kami sehingga sorotan senter hanya bisa menembus sejauh 5 meter saja.

Kami liat jam dan ternyata masih jam 11:30 malam loh, tapi apa daya, kedua temen gue kgak membawa mantel hujan dan kami memutuskan untuk membuka tenda sambil berharap hujan dan kabut berhenti menghalangi perjalan kami mengambil kancut suci, tapi apa daya kawan-kawan semua, hujan tidak berhenti-henti dan malahan semakin deres, SEMPAK..

Lalu apakah yg terjadi selanjutnya dgn kami pemirsah, apakah hujan berhenti dan kabut juga hilang ditelan bumi sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan kami.? ataukah kami malah terdampar dengan indahnya di Watu Rejeng.? atau jgn-jgn kami malah melakukan pesta Narkoba di Watu Rejeng sambil menunggu hujan reda.? tetep ikuti trus lanjutan ceritanya di blog ini eaaaa.. :D

--------------------===||to be continue||===--------------------

You Might Also Like

2 komentar